emm.rumant

[T04] Eksperimen Bertukar Barang

Tantangan kali ini adalah menukar sebuah paperclip dengan benda apa saja dari orang asing yang belum pernah ditemui sebelumnya. Saya baru tahu tentang tantangannya hari Kamis, soalnya saya lupa mengecek pas hari Rabu. Jumat saya belum melakukan apa-apa soalnya berpikirnya strategi saja dulu.

Sabtu-Minggunya, saya ikut berkemah bersama seluruh keluarga dan teman-teman seangkatan ibu saya di sebuah tempat yang enggak ada sinyal. Saya awalnya berpikir bakal ketemu orang asing di situ, tapi ternyata semua orang sudah pernah saya temui, jadi Sabtu enggak ada hasil. Pada hari Minggu, saya coba mampir ke beberapa minimarket saat perjalanan pulang, tapi kebanyakan ramai dan mengantre jadi saya enggak enak barter sama kasirnya, dan untuk satu yang sepi saya masih belum berani. Rasanya aneh keliling-keliling minta menukar paperclip.

Pada hari Senin, saya ada kesempatan ke Universitas Maranatha yang food courtnya sangat ramai. Saya mencoba keliling-keliling berkali-kali dan mengobservasi beberapa orang sebelum mencoba mengajak orang menukar paperclip. Saya lalu memilih untuk mencoba seseorang yang sedang main HP di dekat jendela, tapi saya merasa perlu ke toilet dan waktu saya kembali orangnya sudah tidak ada. Akhirnya saya mencoba satu orang mahasiswa perempuan yang lagi duduk-duduk membaca buku. Setelah memperkenalkan nama saya, saya mencoba untuk berkata dengan sopan bahwa ini untuk sebuah tugas sekolah, tapi waktu itu saya sudah panik duluan sehingga mungkin suara saya kurang jelas. Dia menolak, katanya "nanti saja ya" (saya sebetulnya tidak mengerti artinya apa, tapi ya sudah. Mungkin itu suatu ungkapan slang yang saya tidak ketahui), jadi saya bilang terima kasih lalu pergi. Orang tersebut memiliki rambut yang dicat warna coklat-pirang dan dipotong sebahu, kulit yang sangat pucat, dan lipstick yang merah menyala. Perasaan saya waktu itu adalah merasa agak bersalah karena waktu itu saya berpikir mungkin saya terlalu memaksa.

Setelah itu, saya mencoba untuk berkeliling sekitar kampus, sampai akhirnya di ruang tunggu dari rumah sakit gigi universitas tersebut. Selain seorang bapak-bapak yang memakai peci dan sandal hotel yang hanya duduk sebentar, hanya ada satu orang lainnya yang sedang menunggu. Dia perempuan, kemungkinan besar mahasiswa tapi tampangnya muda sekitar 20-30an, berkulit sawo matang dan rambutnya panjang diikat ke belakang. Saya mencoba lagi dengan perkataan dan sikap yang sama, tapi kali ini saya tambahkan bahwa ini adalah sebuah "riset". Tapi yang itu ditolak juga, dengan alasan dia lagi enggak bisa (yang mungin hanya sebuah perhalusan dari "enggak mau" - saya enggak mengerti kebanyakan manusia lain). Saya lalu pasrah saja.

Setelah makan siang, saya mencoba di halte dekat kantor BCA Setiabudhi. Saya berpikir, mungkin bakal banyak orang menganggur di situ, menunggu bis atau angkutan kota. Tapi ternyata, malahan haltenya kosong melompong kecuali dua orang ibu yang menjual pulsa. Tadinya saya mau mencoba tukang parkir di toko atau restoran dekat situ (sepertinya Gepuk Ny. Oong tapi saya enggak yakin) tapi dia lalu menelpon lama sekali dan setelah itu berkumpul dengan beberapa orang lain. Saya sangat tidak nyaman mencoba berurusan dengan salah satu orang yang sedang berkerumunan, jadi saya enggak jadi.

Saya tunggu di halte tapi enggak ada orang yang datang, jadi akhirnya saya coba dua ibu-ibu yang duduk mengobrol di hamparan koran dan berjualan pulsa di halte tersebut dibantu sebuah lemari berjendela kaca yang isinya antara lain beberapa brosur, satu boks kecil tisu, dan kertas-kertas "jual pulsa" yang ditulis menggunakan spidol; salah satu dari mereka rambutnya pendek menjangkau telinga, memakai jins, dan berumur 40an, dan yang satu lagi rambutnya panjang tergerai, memakai rok hitam, blus biru, dan sandal jepit yang dicat warna emas.

Saya memakai perkataan dan sikap yang sama dengan percobaan eksperimen kedua (sebelum ini) kepada yang rambutnya pendek karena dia yang lebih dekat, tapi kali ini saya menekankan bahwa barang yang saya dapat bisa apa saja. Saya mencontohkan kertas bekas karena saya tidak mau membuat orang-orang tersebut bingung atau tertekan karena tidak tahu harus memberikan apa. Dia lalu bertanya, "bagaimana?" ke ibu yang rambutnya panjang. Akhirnya ibu yang berambut pendek tersebut bertanya-tanya tentang tugas tersebut, tenggat, dan apakah benar ini tugas sekolah? Saya menjawab semuanya. Dia lalu sempat bingung mau memberikan apa, tapi akhirnya dia setuju memberikan robekan brosur BRI karena menurutnya setidaknya itu lebih bagus dari robekan kertas koran bekas. Saya merasa lebih lega karena berhasil menghindari suatu kegagalan.

Setelah itu, saya mencoba mencari orang sekali lagi di sebuah taman kota yang namanya Taman Lansia. Tapi karena sore, taman tersebut hampir kosong dan isinya selain orang-orang merokok sendirian (yang tidak mau saya dekati) hanya orang-orang yang duduk-duduk berduaan, senyum-senyum sendiri. Mungkin pacaran.


Foto ini dibuat menggunakan webcam. Gambar di-crop dan pinggir-pinggirnya di-blur.